Wednesday 24 December 2014

Beberapa Pengaruh Buruk Maksiat terhadap Hati

Beberapa Pengaruh Buruk Maksiat terhadap Hati
Ceramah K.H. Agoes Ali masyhuri (28 Mei 2012)

Dalam hidup ini, kita jangan berhenti berdzikir dan berbuat. Sebab, orang sukses tidak pernah membuat keinginannya tumpul.”
Kebaikan itu meluaskan rezeki, menguatkan fisik, dan kecintaan dari hati orang lain.
Hadits Nabi dari Abu Hurairah : “sesungguhnya kalian tidak akan mampu menarik manusia dengan harga kalian, tetapi kalian mampu menarik mereka dengan wajah ceria dan akhlak mulia.”
Kesimpulan : senjata ampuh menarik manusia adalah wajah ceria dan akhlak mulia.
Raut muka merupakan cermin kondisi hati kita. Kebaikan membuat wajah bersinar. Hati bersinar jika dibuat berdzikir, sholawatan, dan lain sebagainya.

Salah satu tanda hati yang punya cahaya adalah mudah tergerak mendekati nilai-nilai kebaikan.
Bisa itu karena biasa. Membiasakan sesuatu menjadi baik itu membutuhkan lingkungan yang baik dan guru.
Imam Malik : “Aku melihat Allah meletakkan cahaya dalam hatimu. Karena itu jangan kau padamkan ia dengan kegelapan hatimu.”
Ilmu adalah cahaya, cahaya Allah tidak akan diberikan pada pelaku maksiat.
Maksiat menghilangkan rasa malu.
-Malu adalah unsur kehidupan bagi hati seseorang.
-Orang yang tidak mempunyai rasa malu berarti peluang besar/pertanda hatinya dalam kondisi mati.
-Rasa malu adalah akar dari segala kabaikan. Jika hilang, maka hilanglah segala kebaikan.
-Shahih Bukhari : “Sesungguhnya yang diperoleh manusia dari para nabi adalah jika kamu tidak mempunyai rasa malu berbuat terserahmu.”
-Maksiat dan dosa melemahkan rasa malu seseorang.
-Rasa malu hilang jika ia tidak ingin perbuatannya dilihat orang lain dan merasa bangga atas dosa serta maksiat yang ia lakukan.
-Tidak ada kesholehan yang ada pada dirinya jika ditingkat tersebut lemah.
Maksiat merusak hari. Akal memiliki cahaya dan berfungsi menerangi. Sedangkan, maksiat memadamkan cahaya tersebut. Jika cahaya meredup, otomatis ketajamannya berkurang dan melemah.
Tiada kekayaan yang lebih utama daripada akal
Tiada kefakiran yang lebih utama daripada kebodohan
Sebagian ulama salaf berkata : “Tidaklah seseorang berbuat maksiat kepada Allah kecuali akalnya hilang.” Ketika akalnya kembali, seseorang merasa menyesal dan timbul kesadaran.
-Seseorang yang akalnya hilang tidak bisa berfikir dengan jernih.
-Jika akalnya ada, ia tidak bisa melakukan maksiat.
Orang yang mau menyesali perbuatan salah dan dosanya, yang mau bertaubat kepada Allah, itulah orang yang dicintai oleh Allah.
Orang mati membutuhkan do’a dari yang hidup terutama anaknya.
Orang yang melakukan maksiat sesungguhnya kehilangan dunia dan akhirat.
Semakin banyak dosa yang dilakukan seseorang, maka ia tertutup hatinya. Sehingga ia termasuk orang-orang yang lalai pada Allah.
Ketika dosa dan maksiat bertumpuk, hati seseorang akan tertutup. Awalnya hati menolak, tetapi tidak bisa akhirnya. Dalam keadaan seperti itu, hati mengalami kegelapan.
Dosa menyebabkan kesialan dan kecelakaan.
Semuanya ikut merasakan akibat dari dosa yang dilakukan seseorang.
Hanya orang-orang bodoh dan pemalas yang mengharapkan hidup mudah tanpa kerja dan usaha.

No comments:

Post a Comment